“Pagi anak-anak manis?” Bu Anita masuk dan menyapa kelas.
“Anak-anak manis, emang kita anak kucing?” Desis Shanty.
“I…, kamu mulai kayak Dedek deh, suka ngomel sendiri.” Bisik Chiana.
“Eh ia, mana tuh anak, kok nggak kelihatan batang hidungnya?” Tanya Santhy menoleh ke belakang. Vici sebangku Aridea mengangkat bahu.
“Pasti tuh anak telat deh! Atau Jangan-jangan dia pikir ini masih libur.” Bisik Lovina yang duduk di belakang Vici.
“Chiana, Vici, Shanty, Lovina, ada apa dengan kalian?” Tegur Bu Anita melihat keempatnya kasak-kusuk.
“Nggak kenapa-napa Bu.” Jawab Vici.
“Nggak kenapa-napa, tapi kok…, eh ya mana Aridea?”
“Nggak tahu Bu!” Jawab Vici.
“Hari pertama sekolah, sudah terlambat! Dia tidak biasanya begini!”
“Sebenarnya Bu, Aridea sudah pindah Bu.” Denis ketua kelas mereka menjawab.
“What?” Serentak Chiana, Vici, Shanty dan Lovina menoleh pada Denis.
“Denis, coba jelaskan?”
“Kata Pak Leo, Aridea pindah ke Jayapura.”
“Jayapura?!” Seru Vici
“Oh begitu. M…, sayang ya, padahal dia salah satu favorit saya. Tapi ya sudahlah. Oh bagaimana liburan kalian?”
“I..h, gila ya, tuh anak pindah ke Jayapura?”
“Kok gak bilang sih?”
“Memang kuntilanak dia?”
“Ia nyebelin banget!”
“Chiana, Vici, Shanty, Lovina! Selalu saja!”
Keempatnya terdiam mendengar bentakan bu Anita.
“Denis!” Panggil Lovina saat istirahat.
“Apa?”
“Jutek banget sih? Eh, kapan pak Leo bilang kalau Ari pindah?”
“Katanya sahabat? Kok gak tau sahabatnya pindah?”
“Kita nanya! Jawab yang bagus dong, jangan kita tanya a, kamu Jawab Y!” Kesal Vici.
“Udah nanya, bentak-bentak lagi.”
“E..h, ya udah, kalau kamu gak mau jawab. Kamu kan yang diluan sewot.” Lerai Santhy.
“Sahabat apaan sih kalian?” Denis berlalu.
Vici mengangkat kepalan tinju ke arah Denis. “Dasar setan jutek!”
“Kayaknya liburan buat dia tambah jutek.” Komentar Lovina.
“Kebelakang yuk.” Ajak Chiana.
“Ngapain?” Tanya Vici.
“Aku bawa HP, kita telepon dia. Yuk!”
Keempatnya menuju belakang sekolah.
“I…h nyebelin, nggak diangkat!”
“Barangkali sekolahnya yang sekarang juga gak bolehin murid bawa HP.” Ujar Vici.
“Ia, mungkin juga, SMS aja deh.” Ucap Shanty.
“Tuh anak benar-benar keterlaluan, masa pindah gak bilang-bilang?” Gerutu Chiana sambil mengetik SMS.
“Siapa yang keterlaluan?”
Ketiganya menoleh kaget.”
“E…h bu Siska, ini bu, Lovina, masa dia…”
“Apa yang kamu sembunyikan itu?” Bu Siska memotong ucapan Chiana.
“Bukan apa-apa kok Bu.”
“Chiana!”
Chiana menggaruk kepalanya dengan tangan kanan, lalu kemudian mengulurkan HPnya yang segera diraih bu Siska.
“Ponsel siapa nih?”
“Saya Bu.”
“Kalian ngapain disini? Kalian mau menelepon siapa? Pacar-pacar kalian?”
“Bukan Bu, kita…” Vici menggaruk-garuk lehernya.
“Beneran bu, kita bukan nelpon pacar kita. Kita cuma mencoba menghubungi Aridea.” Jelas Shanty.
“Ibu bisa lihat panggilan terakhir.” Tambah Lovina.
“Hm…, ikut saya.”
Ke empatnya menarik nafas panjang kemudian dengan lunglai mengikuti bu Siska. namun keempatnya masih sempat melihat bayangan Denis menjauh. Keempatnya memaki Denis dalam hati
To be continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar